Salah satu pertanyaan yang paling sering ditujukan bagi hijaber, adalah benar tidaknya cara pemakaiann kerudung yang mereka gunakan. Apakah sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam ajaran agama Islam dan apa yang menjadi tujuan utama dalam pemakaian jilbab tersebut.
Kalau dipandang dari sisi Agama, Islam memang mewajibkan pemeluknya yang perempuan untuk berjilbab. Tapi pemakaian jilbab yang diajarkan dalam Islam yakni menggunakan jilbab sampai menutupi dada dan tidak menyerupai bentuk tubuh.
Sedangkan bila dilihat dari cara berpakaian hijabers, jilbab yang dikenakan cuma sebatas menutupi kepala saja hingga kehadiran para hijabers mendapat respon negatif dari masyarakat luas. Akan tetapi, mereka menyangkalnya dengan meyakini diri mereka sendiri bahwa apa yang mereka kenakan tetap menutupi aurat dengan gaya yang fashionable dan tetap sesuai dengan syariat agama.
Stigma Akan Jilbab di Zaman Hijaber
Kini, jilbab bukan lagi sesuatu yang dapat dikatakan “sulit” untuk menggunakkannya karena makna esensi dari pemakaian jilbab itu telah tergeser yakni telah menjadi trend fashion. Esensi pemakaian jilbab saat ini tidak cuma dipandang dari sudut agama saja, tapi dilihat dari sisi fashion yang unik dan modis. Selain dari terjadinya perubahan dan revolusi dalam bentuk pemakaian jilbab, dampak lain yang terjadi dalam masyarakat adalah mulai tergesernya citra diri perempuan berjilbab.
Dewasa ini, gaya yang modern dari hijabers atau muslim perempuan secara perlahan telah mengubah konstruk masyarakat tentang perilaku atau kebiasaan yang dilakukan perempuan berjilbab.
Dan membedakan antara pemakaian jilbab yang sewajarnya atau biasa saja dengan yang bergaya modis. Hal ini dapat terlihat dari bagaimana para perempuan berjilbab atau para hijabers berperilaku dalam lingkungan masyarakat, ditambah lagi dengan adanya komunitas-komunitas hijab yang memberikan wadah bagi mereka supaya tetap eksis didalam masyarakat.
Dahulu, perempuan berjilbab lebih dipandang masyarakat sebagai sosok yang rajin beribadah, tapi sekarang tidak lagi demikian. Sebagian besar masyarakat saat ini beranggapan bahwa hijabers hanya sebatas dampak dari mode fashion, mengenakan jilbab cuma untuk mengikuti trend saja bukan lagi karena alasan yang berdasarkan agama.
Hal lainnya yang menunjang konstruk masyarakat menjadi seperti itu ialah dari perilaku hijabers yang saat ini lebih sering terlihat di tempat perbelanjaan dan tempat eksis lainnya, bukannya di tempat ibadah. Hal yang lain seperti prilaku yang lebih konsumtif dan cenderung boros dan tidak ingin ketinggalan mode baru, kerap melekat pada hijaber. Hal ini dianggap mengurangi citra dan esensi perempuan berjilbab yang sederhana dan tidak berlebihan.
Fashion Boleh, Asal Tetap Dalam Esensi Agama
Perihal pembahasan contoh kasus tersebut, bisa ditarik satu kesimpulan. Bahwasanya, Agama sekarang tidak lagi menjadi hal yang begitu sakral, dalam artian ketika fashion telah mengambil alih simbol-simbol dalam agama yang seharusnya menjadi simbol dan makna dari penerapan ajaran agama itu sendiri.
Hakekat ajaran agama menjadi lebih terbelakang. Dalam hal ini, agama membawa suatu perubahan sosial dalam masyarakat baik bersifat positif atau negatif sekalipun. Sebab, pada dasarnya agama memiliki beberapa poin yang dipraktekan dalam kehidupan sosial. Fenomena hijab fashion ini bila dilihat dari perspektif fungsional merupakan salah satu dampak keagamaan yang diberikan ke sistem sosial yang ada. Dan seharusnya agama bisa meningkatkan kontrol terhadap perilaku individunya apalagi pada kaum Islam yang begitu menunjukan identitas ke Islamannya atau bahkan fanatik.
Hijaber Adalah Mode yang Positif
Intinya, kesimpulan dari segala ulasan di atas adalah, bahwa hijaber adalah fashion dari passion yang sebnarnya sangat positif. Hal ini berdasar dari banyaknya remaja yang belum berhijab, sudah mulai mau berhijab berawal dari eksistensi para hijaber.
Jadi, semua tetap ada sisi baiknya, ya.
Comment